Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Berbisik Kabut pada Tinalah

Gambar
puncak gunung widosari Siang mulai melapuk diantara sisa - sisa panas Desember Bening air Tinalah beriak terantuk batu - batu tak beraturan Mengular dari pucuk Trayu … Tinggalkan senyum empon - empon yang merunduk malu Tinggalkan tatapan bunga cengkeh yang syahdu Lembut dalam alunan rumpun bambu Gemericik mengalir tanpa lelah Menatap sejenak pada mentari terkalang awan Menatap sejenak ujung Widosari Kabut mulai turun menyusup Menyentuh lembut alir bening Berbisik kabut pada Tinalah… Sampaikan salam rinduku… Satu … Pada lautku yang biru… bermain air di Tinalah

Just for my dearest one …

Gambar
Beb, hanya ingin kukabarkan padamu, aku baik - baik saja disini, Sayang.  Tersenyum simpul dan menyentuh pucuk - pucuk melati, mencoba mengalihkan rasa rinduku padamu. Beb…sore ini mendung menggelayut, terlihat lelah  menanggung uap-uap air yang hampir terkondensasi.   Mungkin saja mereka hampir bosan berlama - lama memenuhi langit yang biasanya kita pandangi bersama, dibangku taman ini,  seperti waktu itu. Gerimis, Beb.   Tetes - tetes air itu mulai menyentuh pucuk melati yang sedang menebarkan wanginya.  Sungguh bahagianya mereka Beb…, dan aku iri.   Akankah engkau menyambangiku seperti tetes hujan pada melati? Sore ini benar-benar senyap Beb…tak ada lagi merpati -  merpati terbang di bubungan, tak ada kepak sayap kupu-kupu menari di pucuk bunga, sepertinya mereka turut larut dalam rindu padamu bersama rintik hujan yang meluruhkan segala emosi.  Atau mungkin mereka malah bosan melihatku duduk disini, di bangku taman ini, setiap s...

Bersediakah Engkau Menjadi Lautku?

Malam menjelang di tepian pinus - pinus menjulang. Menelisik angin berhembus  memandu jalang mata elang. Kepakkan sayap menembus awan telanjang. Berhenti aku menapakkan kaki. Bukan karena lelah, bukan…hunny. Bukan karena bosan, bukan…hunny. Aku hanya ingin berhenti sejenak saja. Diantara akar - akar pinus yang menyembul manja. Dibawah daun - daun jarum yang menghadang sinar rembulan. Mengambil nafas panjang dan menghembuskannya kembali. Menyeka keringat yang tak sempat menetes. Jalan didepan masih sangat panjang, Sayang, katamu. Mari lanjutkan perjalanan kita, lihatlah puncak Merapi di depan kita, katamu lagi. Kulangkahkan kakiku lagi, disampingmu. 3 jam terbius dalam bisu. Hunny…bisakah berhenti lagi, sejenak saja. Ijinkan sebentar kunikmati kumpulan eidelweiss  dan sinar rembulan ini bersamamu. Sebelum mereka dipetik orang-orang untuk dijual di sepanjang malioboro. Aku hanya ingin memandang mereka saja diekosistemnya, di kaki merapi, b...