Postingan

Menampilkan postingan dengan label ceritaku

Demi Calon Mertua

Dear, Dinda Dinda, maafkan aku bila beberapa hari ini telah mengabaikanmu. Bukan maksud hatiku melukaimu, namun kutempuh jalan ini demi keinginan bapak dan ibumu. Tentunya engkau tahu pembicaraanku dengan kedua orang tuamu seminggu yang lalu. Sabtu sore tatkala kuutarakan keinginan kita untuk menikah akhir tahun ini. Memang benar kita baru saja meraih gelar sarjana. Memang benar aku telah bekerja, bahkan semenjak masih kuliah kemarin. Namun ternyata pekerjaanku itu belum mampu memenuhi persyaratan yang diberikan kedua orang tuamu. Aku bukan pegawai. Aku hanya memiliki kios kecil yang sedang berkembang dengan penghasilan yang tak tetap. Ayah dan ibumu menginginkan mempunyai seorang menantu yang berstatus pegawai yang bergaji tetap. Demi memenuhi keinginan kedua orangtua kita (kelak) ini, beberapa hari kemarin aku berkeliling dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Alhamdulillah, sejak kemarin aku diterima kerja di sebuah perusahaan kecil dengan gaji sesuai UMR. Walaupun sebenarnya gaji...

Just for my dearest one …

Gambar
Beb, hanya ingin kukabarkan padamu, aku baik - baik saja disini, Sayang.  Tersenyum simpul dan menyentuh pucuk - pucuk melati, mencoba mengalihkan rasa rinduku padamu. Beb…sore ini mendung menggelayut, terlihat lelah  menanggung uap-uap air yang hampir terkondensasi.   Mungkin saja mereka hampir bosan berlama - lama memenuhi langit yang biasanya kita pandangi bersama, dibangku taman ini,  seperti waktu itu. Gerimis, Beb.   Tetes - tetes air itu mulai menyentuh pucuk melati yang sedang menebarkan wanginya.  Sungguh bahagianya mereka Beb…, dan aku iri.   Akankah engkau menyambangiku seperti tetes hujan pada melati? Sore ini benar-benar senyap Beb…tak ada lagi merpati -  merpati terbang di bubungan, tak ada kepak sayap kupu-kupu menari di pucuk bunga, sepertinya mereka turut larut dalam rindu padamu bersama rintik hujan yang meluruhkan segala emosi.  Atau mungkin mereka malah bosan melihatku duduk disini, di bangku taman ini, setiap s...

Bersediakah Engkau Menjadi Lautku?

Malam menjelang di tepian pinus - pinus menjulang. Menelisik angin berhembus  memandu jalang mata elang. Kepakkan sayap menembus awan telanjang. Berhenti aku menapakkan kaki. Bukan karena lelah, bukan…hunny. Bukan karena bosan, bukan…hunny. Aku hanya ingin berhenti sejenak saja. Diantara akar - akar pinus yang menyembul manja. Dibawah daun - daun jarum yang menghadang sinar rembulan. Mengambil nafas panjang dan menghembuskannya kembali. Menyeka keringat yang tak sempat menetes. Jalan didepan masih sangat panjang, Sayang, katamu. Mari lanjutkan perjalanan kita, lihatlah puncak Merapi di depan kita, katamu lagi. Kulangkahkan kakiku lagi, disampingmu. 3 jam terbius dalam bisu. Hunny…bisakah berhenti lagi, sejenak saja. Ijinkan sebentar kunikmati kumpulan eidelweiss  dan sinar rembulan ini bersamamu. Sebelum mereka dipetik orang-orang untuk dijual di sepanjang malioboro. Aku hanya ingin memandang mereka saja diekosistemnya, di kaki merapi, b...