Demi Calon Mertua
Dear, Dinda
Dinda, maafkan aku bila beberapa hari ini telah mengabaikanmu.
Bukan maksud hatiku melukaimu, namun kutempuh jalan ini demi keinginan bapak dan ibumu. Tentunya engkau tahu pembicaraanku dengan kedua orang tuamu seminggu yang lalu. Sabtu sore tatkala kuutarakan keinginan kita untuk menikah akhir tahun ini. Memang benar kita baru saja meraih gelar sarjana. Memang benar aku telah bekerja, bahkan semenjak masih kuliah kemarin. Namun ternyata pekerjaanku itu belum mampu memenuhi persyaratan yang diberikan kedua orang tuamu. Aku bukan pegawai. Aku hanya memiliki kios kecil yang sedang berkembang dengan penghasilan yang tak tetap. Ayah dan ibumu menginginkan mempunyai seorang menantu yang berstatus pegawai yang bergaji tetap.
Demi memenuhi keinginan kedua orangtua kita (kelak) ini, beberapa hari kemarin aku berkeliling dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Alhamdulillah, sejak kemarin aku diterima kerja di sebuah perusahaan kecil dengan gaji sesuai UMR. Walaupun sebenarnya gaji sebulan yang kudapat dari pekerjaan ini hanya sama dengan pemasukan dari kiosku selama 5 hari saja. Setiap pagi hingga sore, kios dijaga oleh adik perempuanku yang tentunya sudah kau kenal baik itu. Aku menggantikannya sepulang kerja hingga malam hari. Sayang kan kalau ditutup. Pelanggan sudah banyak dan penghasilan dari sana tak kecil juga. Aku mohon, bila kau ada waktu, temanilah adik menjaga kios. Karena itu milik kita juga. Saat ini kios dipegang adik, selain karena aku harus kerja lain, itu sebagai kerja praktik juga bagi adik. Agar kelak bila dia punya usaha, sudah dapat menjalankan usahanya dengan baik.
Dinda, terima kasih telah mengerti aku.
Dinda, maafkan aku bila beberapa hari ini telah mengabaikanmu.
Bukan maksud hatiku melukaimu, namun kutempuh jalan ini demi keinginan bapak dan ibumu. Tentunya engkau tahu pembicaraanku dengan kedua orang tuamu seminggu yang lalu. Sabtu sore tatkala kuutarakan keinginan kita untuk menikah akhir tahun ini. Memang benar kita baru saja meraih gelar sarjana. Memang benar aku telah bekerja, bahkan semenjak masih kuliah kemarin. Namun ternyata pekerjaanku itu belum mampu memenuhi persyaratan yang diberikan kedua orang tuamu. Aku bukan pegawai. Aku hanya memiliki kios kecil yang sedang berkembang dengan penghasilan yang tak tetap. Ayah dan ibumu menginginkan mempunyai seorang menantu yang berstatus pegawai yang bergaji tetap.
Demi memenuhi keinginan kedua orangtua kita (kelak) ini, beberapa hari kemarin aku berkeliling dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Alhamdulillah, sejak kemarin aku diterima kerja di sebuah perusahaan kecil dengan gaji sesuai UMR. Walaupun sebenarnya gaji sebulan yang kudapat dari pekerjaan ini hanya sama dengan pemasukan dari kiosku selama 5 hari saja. Setiap pagi hingga sore, kios dijaga oleh adik perempuanku yang tentunya sudah kau kenal baik itu. Aku menggantikannya sepulang kerja hingga malam hari. Sayang kan kalau ditutup. Pelanggan sudah banyak dan penghasilan dari sana tak kecil juga. Aku mohon, bila kau ada waktu, temanilah adik menjaga kios. Karena itu milik kita juga. Saat ini kios dipegang adik, selain karena aku harus kerja lain, itu sebagai kerja praktik juga bagi adik. Agar kelak bila dia punya usaha, sudah dapat menjalankan usahanya dengan baik.
Dinda, terima kasih telah mengerti aku.
Komentar
Posting Komentar