Komik Pinjaman itu...
Pletak!!!
Miauwww....
Kucing
kembang asem itu melompat lari masuk ke sela-sela rumpun melati di depan jendela
kamar yang terbuka lebar setelah biji salak yang kulempar mengenai punggungnya.
Sudah beberapa hari kehadiran kucing dengan perut kendor itu
mengganggu kedamaian duniaku. Dunia yang
sebelumnya adem ayem di sore hari. Sore
yang biasa kunikmati dengan membaca buku buku apa saja hasil meminjam di
perpustakaan daerah, perpustakaan kampus, maupun hasil barter dengan
teman-temanku.
Kucing
dengan bulu kuning coklat kemerahan sewarna bunga pohon asam itu mulai membuat
ulah. Tiga hari yang lalu, jejak kakinya
kutemukan di bawah meja makan. Sedangkan
lele goreng jatah makan siang yang belum sempat kumakan tak ada lagi
jejaknya. Kemarin sore, susu yang
ditaruh tukang susu di kursi teras rumah juga jebol kemasannya, susu berceceran
di lantai. Dan sore ini, kulihat
kucing tersangka sedang mengendap-endap
hendak mencoba masuk ke kamarku via jendela yang terbuka lebar.
“Maaaaa...kesinilah,
tolong emak sebentar!”, terdengar emak memanggilku.
“Sebentar
maakk...tanggung nih”, teriakku sekenanya.
Ahh,
apa sih emak, mengganggu keasyikanku saja.
Baru tanggung baca komik one
piece malah diganggu.
“Cepetan,
atau nanti nggak ada tempe goreng buat
makan malam!”.
“Iya
mak...ada apa?”
“Sana
kamu ke warung Lik Bin, beli garam.
Garam kita habis tuh, ini emak tanggung lagi ngaduk santan biar nggak
pecah”, kata emak sibuk.
“Duitnya?”
“Itu
di keranjang belanjaan emak ada dompet, bawa aja semua”.
“Sisanya
buat jajan ya, Mak?”
“Sok,
boleh”
Tumben
emak baikan ngasih duit jajan, kubuka dompet sambil lari ke warung. Haahh...Cuma ada selembar seribuan. Dapat apa ini? Pantesan emak suruh bawa
semua....asemmm.
***
Kulempar
seplastik kecil garam di meja dapur sambil berlalu begitu saja tanpa
memperhatikan emak yang sibuk mengerat tempe.
“Seplastik
ya, Rama?”
“Iya,
itu limaratus, yang limaratus cuma dapat kacang bawang sebungkus”.
“Makasih ya Nak, rama emang anak emak yang
paling baik sedunia”.
***
“Maaakkk, dimana buku yang tadi aku baca?”
“Memangnya tadi ditaruh mana?”
“Ya disini, di meja sebelah jendela kamar
Rama”.
“Dicari dulu gih, emak nggak ngambil kok”.
Arrgghhh...perasaan tadi komik itu
kuletakkan di meja, kok tidak ada ya? Di
bawah meja juga tak ada. Di rak tak ada,
padahal buku-buku sudah kukeluarkan semua.
Di tas? Tak ada pula.
Ffffhhh...dimana? dimana komik pinjaman itu?
Padahal komik itu milik Uli, teman sekelasku yang anaknya tertib itu. Haduuuhhh.....membuatku pusing saja.
“Mandi saja dulu, Ma”, kembali terdengar
suara emak.
“Yaa...”, gontai aku melangkah ke kamar
mandi.
***
“Maaa...anak emang yang paling ganteng....sepertinya
itu buku, yang kamu cari tadi apa bukan ya?”, emak memanggil lagi.
Mendengar kata buku, segera aku lari ke emak
yang sedang menyapu halaman.
“Mana...mana Mak?”
“Itu...di bawah rumpun melati, tapi kok bau
ya....”
Kulihat bawah rumpun melati, ya...komik
bergambar bajak laut topi jerami itu ada
disana. Kuulurkan tanganku untuk
meraihnya.
Loh...apa ini lembek-lembek? Bau lagi...arrrgghhh...tai
kuciinnggg..!!!
Rupanya kucing kembang asem tadi mendendam
padaku. Digondolnya komik yang sedang
kubaca tadi dan dibubuhinya dengan kotoran.
Bagaimana ini ...haaaaa....ini kan punya si Uli,
apa yang harus kukatakan padanya?
Komentar
Posting Komentar